Hampir sebulan di Tarakan, kota yang belum ada dipikiran
saya sebelum januari kemarin. Tarakan ada di ujung utara Kalimantan. Lebih dekat
dengan Malaysia daripada Jakarta. Orangnya udah campur, ga kayak di Jawa yang
dominan orang Jawa, ga kayak di Makasar yang dominan orang Bugis, dan ga kayak
di Sibolga yang dominan orang Batak. Sama juga dengan agama, semua agama disini
nyampur, bahkan saya yakin masih ada animisme atau dinamisme yang masih dianut
oleh beberapa orang dayak.
Di tugaskan jauh dari tanah harapan (baca: Jawa), pikiran
saya sedikit banyak terbuka. Indonesia yang sebenarnya, terasa; saudara dan
musuh, terlihat; siapa yang peduli dan tidak, kelihatan. Tapi nikmat tuhan mana
yang kau dustakan? Mending kita ketemuan, ngobrol panjang lebar tentang apapun dan cukup ditemani kopi atau minuman
kesukaanmu serta sedikit kue pengganjal perut sudah bisa membuat kita senang.
Jadi kapan bisa direalisasikan?
oh ya, saya nulisnya sambil denger lagu ini nih. Semriwir
Cheers!
Komentar
Posting Komentar